KARIMA

KARIMA

  Rasanya hidup terasa hambar. Kesibukan dalam setiap waktu seperti tak berarti. Seolah apa yang telah di raih tak ada gunanya. Wanita _ cantik berrambut hitam yang sebagian ujung rambutnya di cat berwarna ungu_ itu bernama karima. Nama yang sungguh indah yang artinya adalah mulia. Karima adalah gadis yang mulia di mata manusia. Betapa tidak selain memiliki paras yang cantik ia juga di anugrahi kecerdasan yang luar biasa. Pesonanya membuat semua lelaki tak bisa berkedip ketika menatapnya.
Usianya yg _ baru sembilan belas tahun_ terbilang masih muda sudah berada di puncak kemapanan yang tak bisa orang bayangkan. Sering kali ia mengisi seminar-seminar di berbagai daerah dengan tema MERAIH KESUKSESAN SELAGI MUDA. Penampilannya selalu menawan dan membuat semua yang hadir terpesona penuh motivasi.
  Adakalanya mentari yang terpancar tak selalu menghangatkan, ketika biasan embun pagi menyamarkan hangatnya sinar mentari. Semua orang tau akan kehangatan dan cahaya mentari yang mampu menelisik ke sela-sela pori-pori lalu terbangkitlah semangat yang terpatri. Tapi adakah yang berfikir tentang dzat matahari yang tak tampak. Adakah yang tahu bagaimanakah yg tengah di rasakan sang pembawa cahaya. Tak ada kawan. Hanya dirinya sendirilah yang tahu.
  Di apartemen yang terbilang mewah itu karima terlihat berdua dengan seorang pria yang tampan bukan main. Mereka saling merangkul.  Karima memandangi gelas berisi air yang ada di tangannya. di meja terlihat botol minuman yang bertuliskan WISKY.
"minuman kebahagiaan. Bersulang  sayang untuk kesuksesanku" ujarnnya sambil nenenggak minuman yg ada di tangannya. Lalu kemudian menitikan kembali minuman yang ada di botol ke gelas kekasihnya lalu merekapun meminum barang haram itu. Kini tak ada lagi gelas, ia langsung mengambil botol minuman dan menenggaknya. Malam semakin larut nafsu mereka semakin menjadi. Entahlah apa yang mereka berdua lakukan selanjutnya. Sungguh miris bukan. Kalian mungkin boleh bilang " itu sungguh tak mungkin " tapi hey kawan ini ceritKu terserah kalian mau percaya atau tidak. Ini adalah cerita yang terhebat lho yang pernah aku tulis. Lanjut.
Kesenangan adalah hal yang fana walau ia menghasilkan kebahagiaan tapi itu tidak lama.  Karna kesenangan itu timbul dari nafsu. Sedangkan nafsu itu akan binasa bersama para pemujanya. Padahal kebahagiaan itu harusnya abadi seperti  air yang tak pernah hilang.
Karima hidup dalam kemewahan dan kesuksesan, berada dalam cinta dan pengagungan. Tapi hati kecilnya selalu hampa, jiwanya tak ada yang bisa di mengerti, kadang ia tersenyum walau hati sesengguhnya tak tau kenapa ia mesti tersenyum. Kadang ia menangis tapi tak mengerti apa yang sedang ia tangisi. Kepenatan hidup memaksanya memilih hidup yang bebas tanpa batas agar hatinya selalu bahagia. Ia mengikuti segala arahan nafsu yang fana.
  Hingga pada suatu hari allah menyapanya.
  Pagi itu ia hendak pergi ke kantor perusaha'annya. Namu sejumlah polisi tiba-tiba datang memeriksa seluruh ruangan apartemen. Karima hanya terduduk di sofa depan. Mereka mencari sebungkus narkoba yang di sinyalir di simpan di apartemen ini. Karima duduk santai saja karena ia fikir ia bukanlah pemakai, jadi gak mungkin lah barang itu ada di apartemennya. Tapi entah siapa yang naro tuh barang haram di bawah laci meja tempatnya bekerja. Sial, ternyata barang itu ada di sana dan karima di nyatakan sebagai tersangka penyeludupan narkoba. Ia pun di jebloskan ke dalam penjara yang pengap selama berbulan-bulan sebelum ia di nyatakan tak bersalah. Di sana ia mendapatkan siksa'an batin dan tekanan mental yang tiada henti. Walau ia di nyatakan tak bersalah tapi tetap citranya telah ternodai. Kini ia telah bebas dari penjara namun teguran dari allah belumlah selesai. Perusaha'an yang ia pimpin mengalami kebangkrutan. Para penagih hutang silih berdatangan. Satu persatu aset beralih kepemilikan, perusahan-perusahaan yang telah ia rintis semuanya hancur bangkrut. Tak ada lagi yang tersisa kecuali apartemen tempat ia tinggal.
  Ia bergegas melangkah menuju apartemen untuk melepas penat. Di bukanya pintu apartemen satu-satunya harta yang tersisa. Karima terkaget bukan main, matanya terbelalak seolah tak percaya. pacarnya yang ia sayangi sedang memadu kasih bersama  perempuan lain yang tak ia enali. Mereka berduapun kaget terkencing-kencing segera memakai apa saja yang bisa menutupi tubuh mereka.
" keluar " teriak karima dengan dada tersesak.
" keluar sekarang juga, anjing! bangsat! " teriak karina makin emosi.
Tapi yang di teriaki malah tersenyum sinis. Pria itu mendekati karima. Mereka saling menatap. "Plaaak" tangan karina telak menampar pria yang ada di hadapannya. Si pria mengelus-ngelus pipinya sambila tersenyum sini " keluar kau bilang hah," kata si pria dengan kalemnya. Lalu si priapun mengambil sebuah berkas. " kau lihat siapa yang punya apartemen ini hah!" Teriak si pria "heh pelacur dungu, kau fikir kau hebat hah, semua orang menyanjungmu, semua orang mengenalmu sebagai enterprener muda dan trainer yang hebat, hahahaa" kata si pria sambil tepuk tangan . " kau hanyalah pelacur murahan yang jadi mainannya lelaki ..." "plak" tamparan karima memotong kata-kata si pria. Karina langsung bergegas keluar dengan air mata yang bercucuran n.
  Mata karima menatap lurus ke depan sementara hatinya sibuk menerawang ke belakang. Ia berdiri di atas jembatan penyebrangan. Di bawahnya terdapat kendaraan yang berlalu-lalang. di tengah malam di bawah berjuta rasi bintang yang terbiaskan cahayanya. Matanya di penuhi dengan linangan air mata. Terlebih lagi hatinya benar-benar sedih terhancur-hancurkan. Tak ada harapan. Oh tuhan,,, inilah caramu menyapa hambamu, bukan , bukan seperti ini cara tuhan. Tapi hambanya yang selalu bebal dan tak peduli sehingga tuhan memaksanya agar ia kembali.
  Bayangkan kawan, kalau kau yang ada di sana di samping gadis cantik yang tengah sedih hatinya apakah akan kau campakkan? Atau sengaja modus memanfaatkan situasi sebagai kesempatan,?
Tidak kawan, biarkan saya melanjutkan ceritanya terlebih dahulu.
  Karina yang dulu selalu tersenyum, masa depan penuh gairah, cantik dan berenergi. Kini ia terlihat lusuh, matanya sendu karna terlalu sering menangis.
Ia selalu menangis. Tapi bukan karna kekayaannya yang ludes bukan juga karna pacarnya yang bodo telah meninggalkannya. Ia selalu merenung betapa rendahnya ia. Betapa tak berharganya ia. Hmmmh.
  Sudah tiga hari ia meninggalkan apatermennya. Dua malam kemaren ia menginap di hotel dan kini uangnya sudah habis. Tak mungkin harus menginap lagi di hotel. Ia mencoba menghubungi teman-temannya tapi tak ada yang menyahut. Mereka katanya tak mau di repotkan lah, Lagi metting lah, lagi di luar negri lah. Tak ada yang bisa di harapkan dari mereka.
Siang sudah hampir berakhir. Mentari sebentar lagi terbenam. Suara adzan maghrib di kumandankan dengan nada nahawand yang menyentuh. Hatinya tersayat-sayat ketika mendenngarkan suara adzan. "allah" hatinya bergumam "aku kembali".
Ia melangkahkan kakinya menyambut panggilan tuhan.
  Ia melihat orang-orang membasuh mukanya lalu tangannya lalu kakinya. Oh tuhan ia tak tahu cara berbakti padamu, bahkan tak tahu cara berwudhu. Lalu karima _ dengan pakaian yang serba terbuka_ meniru apa yang di lakukan orang. Orang-orang memandangnya dengan tatapan aneh, mungkin karna pakaiannya. Tapi karima tak peduli ia ingin kembali kepada tuhannya.
Karina mengenakan mukena yang di sediakan marbot masjid. Ia shalat dengan khusunya. Lantunan ayat demi ayat yang di bacakan imam sungguh membuat hatinya luluh dan lembut. Hatinya menangis tersendu sendu. Lalu rukuk, sujud, salam. Kemudin Berdo'a dengan nada yang liri  " allah, engkaulah yang maha penyayang sayangilah hambamu, allah, engkau yang maha cinta cintailah hamba dengan rahmatmu, allah, engkau yang maha penerima taubat, aku kembali padamu maka terimalah taubatku". Pintanya .
Mungkin kau tak melihatnya kawan. Tapi lihatlah ! Doanya membuat para malaikat bertasbih kepada tuhannya. Doanya menembus mengguncangkan penghuni langit.

Kawan sebenarnya saya pengen berlama-lama menceritakan tentang si gadis bernama karima ini. Tapi aku ingin menyimpannya untuk bahan novelku. Biar kalian penasaran hehe.
Tapi ketahuilah kawan-!-!

Kebahagiaan itu ada dalam hatimu. Maka gali lah hatimu dengan alquran.
Lalu apabila hatimu sudah mendapatkan ketentraman dan kesejukan. Maka pertahankanlah dengan alquran. . . So selalu istikomah bersama alquran.

CINTA DI KEBUN JERUK

CINTA DI KEBUN JERUK

 Malam hampir berlalu. Fajar sodik sudah terlihat di ufuk timur.dingin menyelimuti ruang udara. Di tambah semilir angin membuat mata malas unuk melihat. Pengennya merem lagi ,mimpi lagi. Ya hanya mereka yang di rahmati allah yang bangkit menyampurnakan wudhu nya. Lalu melangkahkan kaki  menyambut seruan kemenangan.
  Suara bedug di pukul dengan nada naik turun oleh marbot mesjid, memecah keheningan malam yang hampir berrakhir. Suara adzan di kumandangkan dengan nada klasik sama si kakek yang tadi memukul bedug. Maklum di kampung ini pemukul bedug sama muadzin seolah jadi pusaka yang hanya di wariskan kalau orangnya sudah meninggal. Macam raja saja . tapi memang seperti itulah kenyataannya. Satu dua orang mulai berdatangan . namun hanya satu, dua, ya Cuma dua orang yang datang . satu pak imam yang sudah tua renta. Satunya lagi tukang sapu-sapu di halaman mesjid. Jadi jumlah mereka tiga orang.  Eih , seharusnya empat sih kalau saja pak haji tak sedang sakit parah dan hampir sekarat. Bagaimana kalau mereka telah tiada?. Siapa yang akan mengisi dan menghidupkan mejid ini.? kemanakah para pemuda yang masih sehat dan bugar.? Masihkah mereka mendengkur nyaman sementara pangilan telah berkumandang.? Entahlah, mugnkin beberapa taun lagi msjid ini akan menjadi tempat yang paling angker di kampung ini karena tak ada lagi yang datang kepadanya. Atau mungkin sang pembaharu telah allah siapkan. Menyeru, membuat jama’ah subuh sepadat jama’ah jum’at. Miris memang tapi bukan di sini kisah ini di mulai. Bukan tentang orang tua di mesjid ini. Bukan juga tentang bedug yang sudah usang atau tentang mesjid yang kian angker. bukan. ini tentang hati yang seharusnya bahagia namun malah tertunduk kecewa.
***
   Embun masih terlihat tebal. Dinginnya pun masih terasa. Cahaya mentari terbiaskan oleh kabut. hari ini pemuda itu berangkat lebih awal memulai aktifitasnya sebagai penjaga kebun jeruk. Langkahnya terlihat tegap. Di raut mukanya terpancar senyuman. Dengan tas di punggung. Juga mengenakan topi bulat di kepalanya. Namanya dali. Hari ini dua pekerjanya  izin tak bisa hadir, Jadinya ia mesti datang lebih awal. Mumpung masih pagi, Juga biar cepet selesai.
   Langkahnya kini terlihat hati hati. langkah-melangkah menyebrangi sungai yang deras nan lebar. Loncat-meloncat menyusuri batu-batuan besar. Langkahnya kini terhenti di tengah desiran air sungai. Bukan karna ada bahaya. Tapi ada sesuatu pemandangan nan indah yang sedang di tunggu. Tepat ketika ia berada di tengah-tengah sungai. Di antara bebatuan yang berjejer tak beraturan. Lalu duduk sila . menghadap ke arah hulu.
   Air sungai yang mengalir deras mebentur bebatuan besar membuat gemuruhan air yang menenangkan. Embun pagi masih melekat di dedaunan . dan mentari yng belum lama muncul memancarkan sinanya, menyentuh embun dan percikan air sungai, lalu terciptalah pelangi indah. Sungguh, indah nian pemandangan itu. Sunguh, setiap mata yang melihat kan terasa teduh. Hatipun jadi tenang.
­­                                  ***
   Seseoamg dengan kemeja rapi putih berjalan bergegas di antara jejeran pohon jeruk. Nafasnya sedikit tersenggal. Sesekali menyibakan ranting yang menghadang. Matanya mencari-cari. “ itu dia” serunya dalam hati. Lalu bergegas  mendekat ke arah pemuda yang tengah asik mengurus pohon pohon jeruk.
 “ hai dali “
 sapanya seseorang dengan kemeja putih itu.
 “ hai  dani “
 jawab dali sambil menengok dan menghentikan pekerjaannya.
 “ ada apa ? sepertinya ada sesuatu yang serius yang harus di bicarakan” lanjutnya .
 “ mari “
 ajak dani sabil jalan ke arah saung. memang di tengah kebun jeruk yang luas ini terdapat saung yang fungsinya sebagi tempat istirahat atau sekedar tempat melepas lelah. Terbuat dari  kayu jati dengan dengan atap yang terbuat dari injuk dan lantai panggung.
   “ ada berita besar yang harus kau ketahui kawan “
 kata dani yang sudah lebih awal berada di gubuk. 
 “ oummh. berita apa tuh dani “
 jawab dali sambil menitiksn air es jeruk ke dalam gelas.
 “ kamu duduk sajalah dulu dali”
 titah dani sambil menenggak es jeruk dengan lahapnya .
 “ haus apa doyan nih, ? Nih kalo mau nambah masih banyak kok”
 kata dani sembari menggoda. 
 Cukup sudah basa basinya kini raut muka dani mulai serius.
Sambil membuka laptopnya dani bercerita tentang pertemuannya di jakarta dengan enterprener muda yang berbakat.
 “ ia menawarkan akan menjalin hubungan bisnis dengan kita dali, jeruk jeruk kita ini takan usang lalu di bagi bagikan ke orang sekampung karna kurangnya peminat” kata dani semangat . 
“ jadi apa rencanamu Dani ?“   dengan respon dali penuh antusias. 
“ besok lusa ia akan kesini kawan, melihat seberapa baguskah kualitas jeruk kita, nah itulah mengapa aku datang ke sini sekarang, memberi tahu kau agar mempersiapkannya, aku prcaya pada kau kawan “
 penjelasan dani yang cukup jelas, walau itu adalah berita yang akan membuat dali harus berangkat lebih awal dan pulang lebih sore. Tak apa lah, lagian juga tak ada yang menantinya di rumah, tak ada siapa-siapa.
   Es jeruk di gelas telah habis, hanya menyisakan bulir-bulir jeruk yang menempel di dingding teko. Dali sesekali menengok ke arak kebun jeruk sambil memperhatikan jam yang ada di tangan dani sambil mengerut ngerutkan matanya yang mengisyaratkan kalau ia mesti menyelesaikan kerjaannya.
 ” ya ya dali, aku tau kau selalu pusing berlama lama bicara denganku” 
  dani seolah hafal gerak geerik yang di lakukan kawannya mengisyaratkan agar segera mengizinkanya segera pergi.
   Dali segera menyambung kembali pekerjaannya yang tadi terpotong. Tangannya lincah memeriksa setiap pohon-pohon yang sedang berbuah. Lelah benar mungkin ia hari ini. Namun sudah tak ada lagi rasa lelah di hatinya. Seandainya malam tak ada dan manusia tak butuh istirahat, mungkin ia tak ingin berhenti bekerja seharian. Walau sesekali ia menepi ke saung untuk minum agar kembali segar. sengatan matahari di tengah hari bukanlah masalah besar baginya. kalau kau lihat kulitnya dali ia nampak gelap legam karna seringnya terbakar teriknya matahari, walau aslinya ia berkulit sawo matang.
   Cukup sudah, semua pekerjaan di kebun telah usai. Langit yang bertumpuk awan terlihat menguning di terpa sinarnya mentari sore. Burung-burung pipit berterbangan , bergegas pulang setelah puas makan biji padi  seharian. Jendela jendela rumah segera ditutup. Anak anak kecil bergegas pulang ke rumah msing masing takut di marahi sama ibu mereka. Hari semakin petang. Pemuda yang kau kenal dengan nama dali sedang menenggelamkan dirinya di sungai , di balik batu yang kalau lihat dari atas ber bentuk hati, di antara derasnya air yang mengalir.
   Malam telah tiba. Keheninngan menyergap setiap dingding rumah yang terbuat dari bambu. Semakin larut malam semakin dingin suhu yang menyentuh. seoalah tak ada lagi kehidupan, teraa sepi, terdengar sunyi, walau suara jangkrik dan kodok saling bersahutan di sawah. Malam selalu saja begitu kawan. Namun tak ada kah kau perhatikan di langit sana sungguh berjuta rasi bintang telihat menakjubkan, berkerlap-kerlip menyisakan harapan yang tersisa. Sungguh semakin sunyi malam yang kau saksikan, semakin dekat kau dengan alam, terasa dekat kau dengan dirimu sendiri, sungguh tuhan pada watu itu membukakan hijab antara dirinya dengan hambanya. Sementara di bumi manusia malah berdengkur kencang, tertidur dengan lelapnya. Hatinya mengikuti warna malam, gelap. Tak ada harapan . walau Harapan selalu ada menyongsing di esok hari. Karna siang yang esok bukanlah siang yang kemaren. Karena esok adalah esok yang penuh harapan.


bersambung...