Ku lihat di sekelilingku. Riuh para pelayat berdesak padat ingin menjenguku. Mereka menatap iba diriku yang terlentang lemah tak berdaya. Aku hanya bisa terbaring di atas kasur sambil menatap orang-orang di sekitarku.
***
Aku ingat betul. Dulu pernah seramai ini, ketika usiaku genap 18thn. Kue ulang tahun dihias lucu sekali. Teman-temanku ramai jahil-menjahwil. Saling kejar. Akhirnya, kue yang seharusnya di makan malah dilempar begitu saja ke wajahku. lalu mereka tertawa terpintal-pintal. Haduuuh, Kalau begini caranya mendingan gak usah ada ulang tahun deh. Aku pun membalasnya dengan lebih kejam. kue ulang tahunku sudah tak berbentuk lagi, sebagiannya ku makan, namun lebih banyak dicolek hiasannya lalu di lempar ke muka teman. Hahaha
Teman-temanku mengucapkan selamat. Beramai-ramai. Bahkan setiap orang yang ku kenal mereka mengucapkan selamat kepadaku. betapa bahagianya hatiku saat itu. Bagaimana tidak, kado ualang tahun menumpuk di pojok kamarku. Dan hadiah istimewa tentunya dari dia sahabat hidupku.
***
Kini aku mengerti. Ketika tubuhku terbaring lemah, menanti ajal di depan mata. Saat diri tak lagi kuasa menggerakan tubuh sesuka hati. Aku mengerti. Mengapa saat itu mereka mengucapkan selamat untuku. Padahal seharusnya mereka semua berduka cita waktu itu. Lihatlah, ! Apa artinya selamat, sementara kematianku semakin dekat. Selamat atas kematianku? Mungkin seperti itulah maknanya.
Kini aku tersadar di pembaringan terakhirku. Untuk apa aku berbahagia saat itu. Padahal waktu terus berlalu dan jatah hidupku semakin berkurang. Lihatlah,! Apa hari ini ada yang mengucapkan selamat untukku? Untuk ajalku yang akan sebentar lagi akan tiba? Padahal hari ini adalah hari ulang tahunku.
Kini aku tertegun, hatiku tersadarkan sesuatu. Mungkin ini adalah ulang tahun terakhirku. Seharusnya ulang tahun adalah moment agar kita mengingat bahwa semakin dekatnya kita dengan kematian. Setiap waktu yang berlalu itu menghantarkan kita ke gerbang kematian. Setiap detik di hidup kita adalah tetesan air yang suatu hari nanti akan menepi di muara. Hidup ini terlalu singkat kalau hanya untuk bersenang-senang, karena kesenangan di dunia ini hanya sekejap saja. Karena hidup ini hanya SEKALI, BERARTI, lalu MATI.
lihatlah aku yang sudah tak berdaya di pembaringan. Apa yang bisa ku lakukan.? Hanya menyesali kesia-sianku selama ini. Hanya bisa menjerit dalam diam. Ingin rasanya waktu di putar kembali, untuk hanya sekedar berbuat baik. Padahal setiap hari ku lihat berita kematian. Namun batinku acuh tak acuk seolah aku takan pernah mengalaminya.
Di hari ulang tahun terakhirku. Untukmu yang masih memiliki waktu. " LAKUKANLAH YANG TERBAIK UNTUK BEKAL DI HARI ESOK "
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
9 komentar
komentarIya nih bener, satu yang kadang luput dari kesadaran.. Bahwa tambah umur berarti makin dekat ke kematian... Thx mas Riski!!
ReplySaya jadi ceezzz rasanya hati, hikzx baru ultah yg ke 30 soalnya :'( berapa dekat lg aku ke gerbang itu , , semoga masih ada waktu unt bertaubat
ReplySaya jadi ceezzz rasanya hati, hikzx baru ultah yg ke 30 soalnya :'( berapa dekat lg aku ke gerbang itu , , semoga masih ada waktu unt bertaubat
ReplyBenar-benar mengingatkan waktu perhitungan semakin dekat. Terima kasih mas rizqi.
ReplySemoga kelak ketika kita dipanggi dlm keadaan yg khusnul khotimah
ReplySemoga waktu yang berlalu, dan yang akan datang slalu berkah
ReplyAmiiin ya rabbal alamiin.
ReplySemoga setiap detik yang terlewat adalah hal yang bermakna dan bermanfaat, aamiin.
ReplyBaru kemarin ada salah satu kawan kita di Psikologi airlangga meninggal...banyaaakk sekali pelayat dan kesan baik bertebaran di sosmed.. semoga postingan yg banyaaak saat ultah saya sebanding dengan banyaknya postingan saat sy tiada.. nice work rizki suka bgt cerpeb bermuatan dakwah :)
Reply