CINTA DIKEBUN JERUK 2

  Pagi itu sebercik kehangatan menelusuk ke sela-sela pori-pori. Kehangatan sang matahari yang masih terbiaskan embun pagi yang begitu tebal. Pemuda itu berjalan pelan menelusuri jalan setepak di antara hijaunya daun padi. Ia kini menggegas langkahnya dan besiap meloncat, yaapp, satu batu besar di antara jalan setapak di langkahinya. Jalannya kini terhati-hati di antara derasnya air sungai melangkah di bebatuan sungai. Ia tak berhenti sejenak, seperti kemaren. Langsung bergegas ke kebun.
  Kebun jeruk  yang tersusun rapi terlihat menawan. Kebun jeruk ini memang terletak di pinggir sungai, jadi suasana sejuk selalu terasa. Tak ada pagar ataupun pembatas diantara sungai dan kebun. Kalo hendak ke kebun dali selalu melewati sungai ini, walau seharusnya ia memutar lewat jembatan di sebelah hilir sungai dan masuk ke kebun lewat depan. Ia lebih suka lewat sini lebih sejuk dan nyaman.
  Saung _yang terletak di tengah kebun dengan desain tradisional  dan beratapkan injuk_ ini satu satunya tempat berteduh kalau badan mulai terasa lelah. Dindingnya terbuat dari bilik bambu dengan sebagian ruangan yang sengaja di biarkan terbuka. Bangunan sederhana ini memiliki dua ruangan, ruangan dalam dan ruangan luar. Di dalanya di fungsikan sebagai dapur dan ruangan luar sebagai tempat istirahat dan bersantai atau juga sesekali di gunakan untuk rapat.
   Pemuda ini meletakan peralatan yang ia bawa di samping saung. Tangannya kini mengenakan sarung tangan yang terbuat dari karet. Kepalanya sudah terpasang cetok untuk penghalang dari teriknya sengatan matahari. Ia mekangkah, hendak memeriksa semua kebun jeruknya. Tiba­-tiba suara yang tak ia kenal menyapanya
“ hey “.
 Sapa seorang gadis sambil bergerak menuju dali.
 Yang di sapa tak menjawab. Hanya menengaokan kepalanya seoalah melihat gadis kampung yang tak penting. Paling juga mau minta sedikit jeruk fikirnya.
  Gadis _dengan rambut coklat yang di ikat kebelakng serta mengenakan topi di kepalanya dan memakai kemeja yang kancingnya sengaja tak di kancingkan serta kaos putih bertuliskan virgin juga memakai celana jeans yang robek-robek_ ini terlihat tomboi sekali. Bagaimana dali tidak berfikir gadis ini gadis kampung. Juga terlihat dari cara jalannaya yang kayak lelaki.
  “ ada apa neng?. Kalo mau minta jeruk saya belum metik, nie baru aja mau meriksa. Kalo mau beli jangan di sini, di pasar aja sanah, di sini gk jual eceran sekilo dua kilo neng”
 “ NONG NANG NENG NEEEENG, emang loe fikir gua es nong nong apa”
Ketus si gadis dengan nada kesal.
 “ aduuh maaf neng eh teh, saya lagi buru-buru ya, entar saya kasih deh sebungkus, saya harus kerja dulu teh, memeriksa seluruh kebun jeruk ini”
“ eh , apa loe bilang, tadi loe ngatain gua es nong nong sekarang loe bilang tuh tah teh teeh, apaan tuh emang gua teh botol apa”
Si gadis semaki kesal.
“ yaudah deh mpok, saya berangkat dulu”
Ketus dali gak peduli sambil nyelonong pergi.
“ eih, tunggu-tunggu gua ikut dong”
Kata si gadis sambil mengikuti langkah dali.
  Hari ini kebetulan hari panen. Di kebun yang berurukuran tiga ribu meter persegi ini terdapat empat ratus pohon jeruk. Di setiap sudut terlihat titik-titik orange di antara hijaunya dedaunan. Dali melihat-lihat jeruk, memeriksa lalu memetik sebagian yang lain. Sementara si gadis hanya memperhatikan dan sesekali bertanya.
“ kenapa gak loe petik semuanya, kan yang tadi juga udah sama warnanya tuh” tanya si gadis dengan nada polosnya.
 “ tau apa kamu soal jeruk, ya terserah saya dong, saya yang nanam, saya  yang ngurus, saya juga yang metik, jadi mau metik yang mana aja ya terserah saya”. Ketus dali tanpa menoleh ke arah si gadis sedikitpun. Walau sebenarnya ia memetik jeruk tentunya dengan teorinya.
 “ eih dasar kolot luh. gitu aja marah-marah” .
  Dali segera melangkah dari satu pohon ke pohon yang lain. sementara si gadis mengekor di belakangnya. Mata si gadis sesekali memperhatikan wajah dali yang penuh dengan peluh keringat. Tangannya memeriksa salah satu buah jeruk yang sudah matang, meniru apa yang di kerjakan dali tadi.
“yang ini sudah boleh di petik belum bang?”
 tanyanya agak sedikit sopan.
“coba lihat”.
 Jawab dali sambil melihat jeruk yang hendak di petik oleh si gadis.
 “ boleh, petik saja terus masukin ke keranjang” jawab dali setelah sedikit penelitian.
 “ oke thanks ya, gua petik ya”.

 Sinarnya tepat berada di atas segaris dengan kepala. Keranjang yang tadi terlihat kosong kini telah penuh dengan buah jeruk yang segar. Mereka berdua segara menepi ke saung melepaskan sedikit lelah di bawah teduhnya atap injuk. Dali membaringkan tubuhnya di lantai yang terbuat dari papan sementara si gadis duduk manis di sampingnya.

bersambung... 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

9 komentar

komentar
4 April 2016 pukul 07.56 delete

Cerita nyata bukan nih hihihi :D
Boleh kasih saran gak mas rizqi?

Reply
avatar
4 April 2016 pukul 08.01 delete

Fiksi kak. Boleh banget kak. Buruan kasih masukan kak OI biar saya lebih baik

Reply
avatar
4 April 2016 pukul 08.02 delete

Fiksi kak. Boleh banget kak. Buruan kasih masukan kak OI biar saya lebih baik

Reply
avatar
4 April 2016 pukul 08.03 delete Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
avatar
4 April 2016 pukul 09.54 delete

Afwan baru buka email ternyata ada inbox dari sini.
-Huruf pertama nama orang dibesarkan
-typo di : menegapkan, kebelakang, jalananya
-penggunaan kata "di", dipisah jika menunjukkan tempat misal di atas, di sana. Kalo "di" disambung selain menunjukkan kata tempat misal dimakan, diminum.
-kata "tentunya dengan teorinya" mungkin bisa diganti "tentu dengan teorinya" supaya lebih enak dibaca.
-kata "kayak" mungkin bisa diganti dengan "seperti"

Yang saya paham baru itu *ngengir :D
Aku juga masih sering typo hehehe baru sadar kalo udah diposting *garuk kepala

Reply
avatar
4 April 2016 pukul 10.03 delete

Bagus. Kalau boleh kasih masukkan, untuk nama itu menggunakan huruf awal berkapital/huruf besar

Reply
avatar
4 April 2016 pukul 22.20 delete

Afwan baru buka email ternyata ada inbox dari sini.
-Huruf pertama nama orang dibesarkan
-typo di : menegapkan, kebelakang, jalananya
-penggunaan kata "di", dipisah jika menunjukkan tempat misal di atas, di sana. Kalo "di" disambung selain menunjukkan kata tempat misal dimakan, diminum.
-kata "tentunya dengan teorinya" mungkin bisa diganti "tentu dengan teorinya" supaya lebih enak dibaca.
-kata "kayak" mungkin bisa diganti dengan "seperti"

Yang saya paham baru itu *ngengir :D
Aku juga masih sering typo hehehe baru sadar kalo udah diposting *garuk kepala

Reply
avatar