KARIMA ( arti hidup ) bag 1

" Maaf kalo tindakan gua tadi salah,  tapi kalo lu mau mati, ya mati aja. Hidup itu cuma sekali bro, sedangkan mati itu udah pasti. Tinggal lu pilih aja, mau mati gak berguna dengan hati yang gak tenang dan penuh kebencian. Atau lu mau mati dengan bahagia meninggalkan karya yang mempesona." .
                          ****
  Ruangan sesak berukuran 3×4 meter itu terlihat rapi, walau tak terbilang mewah.  Warna cat di dingdingnya terlihat berseni, ada gambar kartun islami yang di lukis di dingging, juga seni grafity di sisi dingding lainnya yang bertuliskan " Shalatlah ". Tak ada kasur yang terhampar di lantai, hanya ada sehelai tikar yang sudah lusuh di hamparkan dengan rapi. Ku perhatikan lamat-lamat kamar ini. Tak seperti di apartemenku, dengan segala fasilitasnya yang mewah.
  Aku lalu duduk di lantai. Rahim mempersilahkan aku untuk duduk. Lantainya terasa dingin.
" aiim, makasih yaa lu udah nolongin gue" kataku.
" ah, sudah lah. Sudah sepatutnya kita mesti menolong orang yang lagi kesusahan." Jawabnya.
  " tapi, masa gue mesti tidur di sini sih?" Tanyaku pada rahim.
" iya lah, dari pada lu tidur di kolong jembatan sono, mau lu entar di gigit nyamuk segede kelelawar?" Jawab rahim sambil bercanda.
" iih, bukan gitu im, kan gue cewek terus lu cowok, masud gue emmm". Aku mau terus terang ngomong sama si rahim cuman takut bikin dia tersinggung entar.
" gue ngerti kok, yee , siapa juga yang mau tidur sama lu, bukan mahram, gue mau tidur di mesjid aja dan lu di sini".  Ujarnya.
  Si rahim bergegas ke mesjid setelah mengganti pakaiannya yang sejak pagi berlumuran keringat. Bau. Sedangkan gitar tua peninggalan kakeknya itu sengaja di gantungkan di dingding. Sejenak. Sepi.
  Malam semakin larut, menghatarkan dingin yang menggigil. Aku tertidur pulas setelah berhari-hari terlarut dalam kesedihan yang mendalam. Malam ini adalah titik perubahan dalam hidupku, seperti sebuah halaman dalam buku catatan. Esok adalah halaman baru yang masih kosong, tersimpan berjuta harapan. Malam ini aku tertidur dengan sebuah senyuman.
  Entahlah, apa sebenarnya yang membuat aku tersenyum. Hanya saja hati ini merasa lebih lega. Karena kehilangan ini, membuatku menemukan lebih dari pada apa yang telah hilang.

  
 
 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »