JANGAN MARAH SAMA MAMAH
Itu seperti bukan diriku. Mataku merekah, suaraku menggeram. Seolah ada kekuatan lain yang menggerakan tubuh. Aku segera tegak berdiri dari tempat tidurku. Dengan dada yang berdekup kencang, juga darah yang mendidih. Lidahku tak kuasa menahan untuk menumpahkan segala kekesalanku, lantas membentak kencang mamahku.
" Aku sudah gede, dan gak perlu semua omong kosongmu. Aku pergi. Ahk"
Bentakku dengan kencangnya.
"Blug" suara pintu yang ku tutup terdengar kencang. Lenggang.
***
Mushala kecil berukuran 3×4 meter itu menjadi pilihanku utuk melarikan diri dari ketidak harmonisanku dengan mamahku. Letaknya agak jauh dari perkampungan. Suara air mengalir dari sungai terdengar jelas dari sini. Kalau sore tiba, maka akan terlihat jelas matahari tenggelam di balik bukit. Entah siapa yang melukis latar ini semua. Hanya saja aku menikmatinya, untuk sekedar melepas sesak yang sedang ku rasakan.
Sial, bukan ketengan yang ku rasakan, malah semakin larut aku dalam kesedihan. Semakin ku fikirkan, semakin aku kesal terhadapnya. Dadaku semakin sesak. Fikiranku semakin kacau. Kini yang ku tahu dari mamahku hanya kejelekannya saja. "cerewet, sok ngatur. Mamah tak pernah mengerti apa yang aku iginkan. Yang ia fikirkan hanya dirinya. Akh" . Batinku menjerit. Membenarkan setiap tindakan bodoh yang telah ku lakukan.
Malam ini aku putuskan untuk tidak pulang. Memilih tidur di mushala, beralaskan sajadah, di selimuti dengan dinginnya malam.
Malam semakin larut. Dinginnya suhu pegunungan seolah menusuk ke dalam tulang sum-sumku. Batinku langsung terfikir mamahku. " kalau di rumah, mamah akan jadi orang yang terakhir tidur, memastikan aku juga adik-adiku tidak kediginan ".
"Itu semua bohong" batinku menolak kenyataan itu. Nyatanya, malam ini aku di biarkan tidur dengan kedinginan. Ini semua salah mamahku.
Mataku tak bisa ku pejamkan. Walau ku coba berkali-kali untuk tidur, tetap saja mata ini terjaga. Entah karena suhu udara yang sangat dingin, atau karena fikiran dan kekesalan yang sedang ku rasakan. Akh,,,
Lapar. Semakin larut malam, juga mata yang tetap terjaga membuat perutku melilit, meminta sesuap makanan untuk dimakan. Namun sayang, tak ada satupun yang bisa ku makan. Aku terduduk. Melihat jam di dinding menunjukan pukul 01:00. Sunyi. Hanya detik-detik di jam dinding yang terdengar jelas, juga perutku yang keroncongan. Mamah, ouh tidak. Kembali aku teringat akan masakan yang selalu di hidangkan oleh mamah di meja makan. Oreg tempe kesukaanku. Aku jelas tak bisa hidup tanpa mamah.
***
Seorang anak pasti butuh akan ibunya. Itu bukan berarti manja, atau sekedar untuk meminta keinginannya. Tapi anak butuh seorang ibu dengan kasih sayangnya. Kadang kala ia marah, ngomel, menyebalkan. Hei! bukankah kita lebih menyebalkan dan tak tahu diri?.
Lucu ketika kita menjelekan ibu kita sendiri, seperti tak melihat saja, kalau kita lebih menyebalkan dan mengesalkan. Tapi ibu tak pernah peduli itu.
Anak tetaplah anak, sampai kapanpun. Berbaktilah! Seperti ibumu menyayangimu. Berbaktilah! Karena syurga menantimu.
KARIMA ( arti hidup ) bag 1
" Maaf kalo tindakan gua tadi salah, tapi kalo lu mau mati, ya mati aja. Hidup itu cuma sekali bro, sedangkan mati itu udah pasti. Tinggal lu pilih aja, mau mati gak berguna dengan hati yang gak tenang dan penuh kebencian. Atau lu mau mati dengan bahagia meninggalkan karya yang mempesona." .
****
Ruangan sesak berukuran 3×4 meter itu terlihat rapi, walau tak terbilang mewah. Warna cat di dingdingnya terlihat berseni, ada gambar kartun islami yang di lukis di dingging, juga seni grafity di sisi dingding lainnya yang bertuliskan " Shalatlah ". Tak ada kasur yang terhampar di lantai, hanya ada sehelai tikar yang sudah lusuh di hamparkan dengan rapi. Ku perhatikan lamat-lamat kamar ini. Tak seperti di apartemenku, dengan segala fasilitasnya yang mewah.
Aku lalu duduk di lantai. Rahim mempersilahkan aku untuk duduk. Lantainya terasa dingin.
" aiim, makasih yaa lu udah nolongin gue" kataku.
" ah, sudah lah. Sudah sepatutnya kita mesti menolong orang yang lagi kesusahan." Jawabnya.
" tapi, masa gue mesti tidur di sini sih?" Tanyaku pada rahim.
" iya lah, dari pada lu tidur di kolong jembatan sono, mau lu entar di gigit nyamuk segede kelelawar?" Jawab rahim sambil bercanda.
" iih, bukan gitu im, kan gue cewek terus lu cowok, masud gue emmm". Aku mau terus terang ngomong sama si rahim cuman takut bikin dia tersinggung entar.
" gue ngerti kok, yee , siapa juga yang mau tidur sama lu, bukan mahram, gue mau tidur di mesjid aja dan lu di sini". Ujarnya.
Si rahim bergegas ke mesjid setelah mengganti pakaiannya yang sejak pagi berlumuran keringat. Bau. Sedangkan gitar tua peninggalan kakeknya itu sengaja di gantungkan di dingding. Sejenak. Sepi.
Malam semakin larut, menghatarkan dingin yang menggigil. Aku tertidur pulas setelah berhari-hari terlarut dalam kesedihan yang mendalam. Malam ini adalah titik perubahan dalam hidupku, seperti sebuah halaman dalam buku catatan. Esok adalah halaman baru yang masih kosong, tersimpan berjuta harapan. Malam ini aku tertidur dengan sebuah senyuman.
Entahlah, apa sebenarnya yang membuat aku tersenyum. Hanya saja hati ini merasa lebih lega. Karena kehilangan ini, membuatku menemukan lebih dari pada apa yang telah hilang.
CINTA
Nama gua Latifah. Sahabat gua bilang sih gua itu cewek yang tomboy. Beda banget sama nama gua yang artinya lembut. Dan gua heran sama sahabat gua ini. Karena sekarang dia jadi suami gua.
***
Sejuk udara pagi gua hirup lamat-lamat. gua buka jendela. Embun pagi masih melekat di udara, membiaskan setiap jengkal pandangan. gua terkejut saat dekapan lembut menerpa jemari gua. Yaaa ampuun. Pagi-pagi sudah mau mesra-mesraan gini. Ia membawa secangkir teh dengan aromanya yang khas.
"Ifah, eeemmm, manis banget teh ini, lu mau coba gak?". Kata suami gua sambil menjulurkan tanganya. "Coba siniin sayang, biar ifah coba, enak gak yaaa teh buatan suami ifah" kata gua dengan nada yang selembut-lembutnya. Padahal biasanya gua teriak-teriak kalo ngomong. Hehe. Lalu gua cicipin dah teh buatan suami gua itu. Serupuuut. Gua lihat Ada seringai jahat di muka suamu gua.
"Fahmi, Manis dari cina! Ini teh gak ada gulanya di bilang manis, nyesel gua nyicipin ah" kata gua sambil nyodorin teh nya.
"Coba gua cicipin sinih" kata suami gua sambil tersenyum.
"Tadi memang sengaja gua gak kasih gula, tapi setelah lu cicipin, teh ini jadi manis, bahkan lebih manis dari gula cina yang paling manis".
Aw. Gua terkena panah dari panahnya gombalan lelaki. Walaupun suami gua bilang gua itu cewek tomboy, tetep aja gua tersenyum sipu. Gua cubit perutnya. Berkali-kali. Sampe kami berdua terjatuh. Tertawa lepas. "Indahnya dunia ini" ujar gua dalam hati.
***
Gua kenal sama si fahmi_ bocah culun yang suka di buly sama temen-temen sekelas termasuk gua_ itu sejak kelas satu sd. Tumbuh bersama, di kampung yang sama. Walau sempat terpisahkan ruang dan waktu. Tapi Tuhan itu lebih tahu jalan mana yang bakal di tempuh oleh setiap hambanya hambanya. Gua gak pernah nyangka kalau imam yang terbaik buat gua itu adalah orang yang dulu sering sekali gua jahilin. Karena cinta itu datangnya dari tuhan. Karena tuhanlah yang menciptakan cinta.
"Jangan pernah mencintai cinta yang coba lu tanamkan di hati lu. Tapi cintailah cinta yang akan tuhan titipkan di hati lu dengan keikhlasan yang setulusnya"
ULANG TAHUN TERAKHIR
Ku lihat di sekelilingku. Riuh para pelayat berdesak padat ingin menjenguku. Mereka menatap iba diriku yang terlentang lemah tak berdaya. Aku hanya bisa terbaring di atas kasur sambil menatap orang-orang di sekitarku.
***
Aku ingat betul. Dulu pernah seramai ini, ketika usiaku genap 18thn. Kue ulang tahun dihias lucu sekali. Teman-temanku ramai jahil-menjahwil. Saling kejar. Akhirnya, kue yang seharusnya di makan malah dilempar begitu saja ke wajahku. lalu mereka tertawa terpintal-pintal. Haduuuh, Kalau begini caranya mendingan gak usah ada ulang tahun deh. Aku pun membalasnya dengan lebih kejam. kue ulang tahunku sudah tak berbentuk lagi, sebagiannya ku makan, namun lebih banyak dicolek hiasannya lalu di lempar ke muka teman. Hahaha
Teman-temanku mengucapkan selamat. Beramai-ramai. Bahkan setiap orang yang ku kenal mereka mengucapkan selamat kepadaku. betapa bahagianya hatiku saat itu. Bagaimana tidak, kado ualang tahun menumpuk di pojok kamarku. Dan hadiah istimewa tentunya dari dia sahabat hidupku.
***
Kini aku mengerti. Ketika tubuhku terbaring lemah, menanti ajal di depan mata. Saat diri tak lagi kuasa menggerakan tubuh sesuka hati. Aku mengerti. Mengapa saat itu mereka mengucapkan selamat untuku. Padahal seharusnya mereka semua berduka cita waktu itu. Lihatlah, ! Apa artinya selamat, sementara kematianku semakin dekat. Selamat atas kematianku? Mungkin seperti itulah maknanya.
Kini aku tersadar di pembaringan terakhirku. Untuk apa aku berbahagia saat itu. Padahal waktu terus berlalu dan jatah hidupku semakin berkurang. Lihatlah,! Apa hari ini ada yang mengucapkan selamat untukku? Untuk ajalku yang akan sebentar lagi akan tiba? Padahal hari ini adalah hari ulang tahunku.
Kini aku tertegun, hatiku tersadarkan sesuatu. Mungkin ini adalah ulang tahun terakhirku. Seharusnya ulang tahun adalah moment agar kita mengingat bahwa semakin dekatnya kita dengan kematian. Setiap waktu yang berlalu itu menghantarkan kita ke gerbang kematian. Setiap detik di hidup kita adalah tetesan air yang suatu hari nanti akan menepi di muara. Hidup ini terlalu singkat kalau hanya untuk bersenang-senang, karena kesenangan di dunia ini hanya sekejap saja. Karena hidup ini hanya SEKALI, BERARTI, lalu MATI.
lihatlah aku yang sudah tak berdaya di pembaringan. Apa yang bisa ku lakukan.? Hanya menyesali kesia-sianku selama ini. Hanya bisa menjerit dalam diam. Ingin rasanya waktu di putar kembali, untuk hanya sekedar berbuat baik. Padahal setiap hari ku lihat berita kematian. Namun batinku acuh tak acuk seolah aku takan pernah mengalaminya.
Di hari ulang tahun terakhirku. Untukmu yang masih memiliki waktu. " LAKUKANLAH YANG TERBAIK UNTUK BEKAL DI HARI ESOK "
Mutiara
"Hijab bukan untuk mempercantik dirimu, agar kau dilihat oleh mata lelaki. Justru hijab seharusnya untuk menjaga dirimu, dari menjadi pusat perhatian".
Kau adalah mutiara. Sikapmu adalah berlian seribu karat. Tanpa kau tampakan dirimu pun kau tetap mutiara.
Coba bayangkan jika mutiara yang begitu berharga di biarkan begitu sahaja, tanpa ada yang melindungunya, tanpa ada yang menjaganya, di perlihatkan kepada semua orang seolah-olah boleh di sentuh oleh semua orang. Sama kah mutiara yang seperti itu dengan kutiara yang dijaga di tempat yang terlindungi dan hanya boleh di lihat oleh pemiliknya saja? Tentu saja beda.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59).
" Islam ada untuk melindungi wanita, bukab untuk memaksanya"
" sesungguhnya allah maha penyayang lagi maha pengampun"
KAU TETAP YANG TERINDAH
DETIK TERAKHIR
Waktu itu ibarat hujan. Memberikan harapan akan kehidupan di masa depan. Namun waktu juga ibarat hujan. Menghancurkan segala kenangan yang pernah ada tanpa tersisa. Bukankah itu wajar? Di setiap harapan juga terdapat ancaman. Harapan itu bukanlah landasan untuk mengukur masa depan. juga tantangan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan.
Kadang manusia itu suka aneh, fikirannya bersusah payah menerka-nerka apa yang akan terjadi padanya di kemudian hari. Hingga akhirnya ia resah. Hidupnya tak bahagian. Berambisi mengubah sesuatu yang belum tentu juga terjadi. Ya, manusia itu benar-benar aneh. Bagaimana tidak? Padahal apa yang telah berlalu takan pernah terjadi lagi. Fikirannya sibuk dengan kenestapaan yang pernah terjadi di masa lalu. Hingga batinnya tak pernah bahagia. Jiwanya lelah merenungi apa yang telah terjadi. Matanyapun menangis akan sesuatu yang takan pernah kembali.
Waktu, tak ada yang salah denganya. Hanya saja manusia terlalu bebal untuk memahami kalau waktu itu hanyalah di detik ini ia terjadi.
***
Apa salahnya jika kita merancanng masa depan? Apa salahnya jika kita tulis cerita masa lalu?
SALAH! Buang semua rancangan masa depan di buku harianmu. Hilangkan segala cerita yang pernah terjadi di masa lalumu. BUANGLAH segala rancangan masa depanmu, jika kau meyakini kau bisa mengalahkan rencana tuhan. BUANGLAH jika itu membuatmu terpuruk saat hari tak sesuai dengan rencanamu. BUANGLAH jika itu hanya sia-sia yang membuat khayalanmu terbang ke masa depan yang belum tentu juga terjadi.
Apa salahnya...? Ya, apa salahnya-?
SALAH, jika masa lalumu melarutkanmu dalam khayal dan penyesalan.
KARNA YANG TERPENTING BUKANLAH KEMARIN ATAU ESOK.
TAPI DETIK INILAH, BERBUAT YANG TERBAIK UNTUK DETIK INI.
MANFA'ATKANLAH DETIK INI KARNA ESOK BELUM TENTU TERJADI.
MAKSIMALKANLAH DETIK INI KARENA YANG LALU TAKAN PERNAH KEMBALI.
KARIMA 2.
Perjalanan yang sedang kita jejaki ini sesungguhnya adalah sebuah proses pembelajaran yang sebenarnya. Kalian pernah dengar ungkapan seorang Motivator yang bunyinya seperti ini
"jangan tertipu sama orang yang kebetulan sukses tapi gk sekolah, kalo pengen sukses ya harus sekolah"?
Pernah denger? Pernah ? itu lho yang selalu bilang " super sekali..." nah tau kan? Gimana menurut kalian? Super bukan? Eits, tapi ketahuilah kawan, bahwa yang hebat itu tak selalu tampak. Yang terlihat hanyalah cangkangnya saja. Sedangkan kehidupan ini adalah kelas yang nyata tapi tak tampak. Bukan karna tak terlihat oleh mata, tapi karna seringkali kita abai dan tak peduli.
Kalian pernah dengar tentang kisahku bukan? Itu lho yang kemarin di ceritain sama si Rizki di cerpenya yang berjudul KARIMA. Tau kan?
Namaku Karima, teman-teman dekatku sih biasanya memanggil aku dengan nama Rima , dan seperti itulah adanya kisahku. Tak berlebih. Hanya saja kisah itu belum genap menceritakan apa yang terjadi padaku, sedangkan yang tak terlihat itu lebih besar pengaruhnya dari pada yang tampak.
Saat itu langit malam yang tak bersaput awan, menyibakan rentetan rasi bintang yang berkerlap-kerlip. Namun tak ku hiraukan sedikitpun yang ada di atas sana. Aku terlalu sibuk dengan apa yang tengah menusuk-nusuk hatiku, sibuk dengan hatiku yang telah robek terhancur-hancurkan, sibuk mencari-cari siapa pelakunya, namun tak ku temukan kecuali diriku sendiri. Akulah yang merobek-hancurkan hatiku yang tersayat luka. Hanya aku.
Kakiku berdiri tegap di atas jembatan penyebrangan. Tanganku memegang pagar besi di pingirnya. Sementara mataku yang telah basah dengan linangan air mata menatap kedepan dengan kekosongan yang tanpa harapan. Ku lihat di bawah, kendara'an berlalu-lalang dengan kecepatan yang tinggi. kalau saja ada orang yang tertabrak ,mungin ia akan terpental sepuluh meter ke depan lalu mati, fikirku.
Ya mati, Hidupku sudah tak bermakna lagi. Kebahagiaan sudah hilang tak ada yang tersisa. Semua orang seolah tak peduli lagi padaku. Bahkan Tuhan pun seperti tak pernah melihatku. Aaahk, aku benci dengan diriku sendiri. Semua yang telah ku usahakan seoalah tak ada arti. Semua prestasiku, segala perjuanganku. Tapi, bukankah memang aku selalu sendiri. Tak pernah ada yang tulus menemaniku. Mereka hanya ada di sisiku untuk kesenangan mereka saja. Ya, dari dulu aku memang selalu sendiri.
Tiba-tiba Memoryku teringat masa-masa kecilku. Aku tinggal sendiri di rumah besar berlantai dua. Di temani pembantu juga tukang kebun. Orang tuaku sudah bercerai semenjak aku bisa mengingat sesuatu. Dan aku tinggal bersama ayah ku, lebih tepatnya tinggal di rumahnya bukan bersamanya karna ayahku selalu pulang larut malam, itu pun seminggu sekali. Lalu dengan ibuku,,, entahlah, aku tak pernah melihatnya dan tak tau ia ada di belahan bumi yang mana. Setiap hari aku selalu sendiri, selalu rindu belai kasih dari seorang ibu. Kapan aku bisa seperti kalian yang selalu bersama dengan orang yang kalian sayangi. Bahkan ketika harus sekolah pun aku selalu sendiri. Sekolah di rumah.
Fikiranku melesat mengingat-ngingat ketika usiaku menginjak tujuh belas. Mulai memiliki teman. Saat itu aku sudah kuliah di amerika. Aku adalah mahasiswi termuda waktu itu. Namun teman-teman ku tak mampu mengusir kesepianku. Hatiku tetap tak bertaman ramai, walau hidupku di kelilingi banyak teman.
***
Malam semakin larut. Kendaraan yang berlalu-lalang mulai senggang. Tanganku mencengkram besi pagar jembatan dari belakang. Tubuhku sudah berada di bagian luar pagar jembatan. Sementara kakiku bertumpu pada lantai jembatan yang tersisa. Ku lihat di depan mobil truk melaju dengan kencang.
Mungkin inilah waktunya aku mengakhiri hidupku. Aku sudah tak tahan lagi dengan tekanan yang sedang menimpaku. Mobil truk di depan sudah dekat.inilah waktunya. Ku langkahkan kakiku sembari melepaskan cengkraman tanganku. Entahlah seperti apa rasanya saat itu. Ketika tubuhku melayang siap di hantam truk yang tengah melaju kencang. Tiba-tiba hatiku merasa bersalah. Ada sedikit penyesalan yang tersirat. "Ouh tuhan berikanlah aku kesempatan".
Sebercik harapan itu muncul. Tuhan memang maha mendengar apa dang di di bisikan hambanya. Seseorang dengan rambut acak-acakan yang kebetulan lewat, sedari tadi telah memperhatikan gerak-gerikku. Ia berlari cepat ketika aku mulai bersiap untuk loncat. Dan tangannya dengan sigap mencengkram tanganku yang sudah pasrah seolah tak ada harapan. Kemudian di tanganku ditariknya hingga sampe ke atas. Terlambat saja satu detik mugkin aku hanya tinggal nama.
Tuhan itu selalu ada dimana pun kita berada, walau di dalam malam yang gelap di atas batu yag hitam legam, tuhan selalu memperhatikan. Hanya saja kita yang terlalu angkuh untuk mengakuinya.
Lelaki dengan rambut acak-acakan itu kini berdiri di depanku. Matanya seola keheranan menatapku. Aku malu untuk menatapnya. Di mataku masih tergerai air mata. Aku juga malu untuk mengakui kalu dialah malaikat penolongku.
" loe ngapain ikut campur urusan gua , jangan so pahlawan loe" kataku dengan kepala masih menunduk.
" Loe tau gak apa yang gua rasai hah, siapa sih loe, kenal aja gua kagak. Loe liat gua sekarang, gua mesti nanggung penderitaan seberat ini, hati gua penat, hidup gua gak ada lagi harapan, kenapa loe gak biarin gua mati hah, GUA PENGEN MATI " teriaku seolah tak menghargai kebaikanya.
" Maaf kalo tindakan gua tadi salah, tapi kalo loe mau mati, ya mati aja. Hidup itu cuma sekali gan, sedangkan mati itu udah pasti. Tinggal loe pilih aja, mau mati gak berguna dengan hati yang gak tenang dan penuh kebencian. Atau mau mati dengan bahagia meninggalkan karya yang mempesona."
Luar biasa. Kata- katanya mematahkan segala argumenku yang membenarkan tindakan konyol tadi. Mulutku terbungkam seribu bahasa. Lidahku menjadi kelu. Butiran air menetes di sela-sela mataku, mengalir lembut di pipi. Tangisku semakin terisak-isak tak tau lagi apa yang harus ku lakukan.
Lelaki itu mengulurkan tangannya seraya berkata
"nama gua Rahim, panggil aja 'Aim' ".
Sejenak aku terdiam, membiarkan ucapannya menggantung di udara.
" gua karima, loe bisa panggil gua 'Rima' ". Suaraku memecah keheningan
Tangan kami saling berjabatan.
Malam itu adalah titik perubahanku. Aku mulai menata kembali hidupku. Mulai Merubah cara pandangku tentang kehidupan ini. Merancang ulang segala mimpi dan cita-citaku.
Kawan, hidup ini terlalu singkat kalau hanya di isi dengan kebencian dan penyesalan. Sedangkan mereka yang kita temui suatu saat akan pergi juga. Sungguh sesak hati ini kalau mereka telah pergi namun hati tak sempat mengungkapkan kalau " kita mencintainya ".
By. Rizkipensilhitam
CINTA DIKEBUN JERUK 2
KARIMA
Rasanya hidup terasa hambar. Kesibukan dalam setiap waktu seperti tak berarti. Seolah apa yang telah di raih tak ada gunanya. Wanita _ cantik berrambut hitam yang sebagian ujung rambutnya di cat berwarna ungu_ itu bernama karima. Nama yang sungguh indah yang artinya adalah mulia. Karima adalah gadis yang mulia di mata manusia. Betapa tidak selain memiliki paras yang cantik ia juga di anugrahi kecerdasan yang luar biasa. Pesonanya membuat semua lelaki tak bisa berkedip ketika menatapnya.
Usianya yg _ baru sembilan belas tahun_ terbilang masih muda sudah berada di puncak kemapanan yang tak bisa orang bayangkan. Sering kali ia mengisi seminar-seminar di berbagai daerah dengan tema MERAIH KESUKSESAN SELAGI MUDA. Penampilannya selalu menawan dan membuat semua yang hadir terpesona penuh motivasi.
Adakalanya mentari yang terpancar tak selalu menghangatkan, ketika biasan embun pagi menyamarkan hangatnya sinar mentari. Semua orang tau akan kehangatan dan cahaya mentari yang mampu menelisik ke sela-sela pori-pori lalu terbangkitlah semangat yang terpatri. Tapi adakah yang berfikir tentang dzat matahari yang tak tampak. Adakah yang tahu bagaimanakah yg tengah di rasakan sang pembawa cahaya. Tak ada kawan. Hanya dirinya sendirilah yang tahu.
Di apartemen yang terbilang mewah itu karima terlihat berdua dengan seorang pria yang tampan bukan main. Mereka saling merangkul. Karima memandangi gelas berisi air yang ada di tangannya. di meja terlihat botol minuman yang bertuliskan WISKY.
"minuman kebahagiaan. Bersulang sayang untuk kesuksesanku" ujarnnya sambil nenenggak minuman yg ada di tangannya. Lalu kemudian menitikan kembali minuman yang ada di botol ke gelas kekasihnya lalu merekapun meminum barang haram itu. Kini tak ada lagi gelas, ia langsung mengambil botol minuman dan menenggaknya. Malam semakin larut nafsu mereka semakin menjadi. Entahlah apa yang mereka berdua lakukan selanjutnya. Sungguh miris bukan. Kalian mungkin boleh bilang " itu sungguh tak mungkin " tapi hey kawan ini ceritKu terserah kalian mau percaya atau tidak. Ini adalah cerita yang terhebat lho yang pernah aku tulis. Lanjut.
Kesenangan adalah hal yang fana walau ia menghasilkan kebahagiaan tapi itu tidak lama. Karna kesenangan itu timbul dari nafsu. Sedangkan nafsu itu akan binasa bersama para pemujanya. Padahal kebahagiaan itu harusnya abadi seperti air yang tak pernah hilang.
Karima hidup dalam kemewahan dan kesuksesan, berada dalam cinta dan pengagungan. Tapi hati kecilnya selalu hampa, jiwanya tak ada yang bisa di mengerti, kadang ia tersenyum walau hati sesengguhnya tak tau kenapa ia mesti tersenyum. Kadang ia menangis tapi tak mengerti apa yang sedang ia tangisi. Kepenatan hidup memaksanya memilih hidup yang bebas tanpa batas agar hatinya selalu bahagia. Ia mengikuti segala arahan nafsu yang fana.
Hingga pada suatu hari allah menyapanya.
Pagi itu ia hendak pergi ke kantor perusaha'annya. Namu sejumlah polisi tiba-tiba datang memeriksa seluruh ruangan apartemen. Karima hanya terduduk di sofa depan. Mereka mencari sebungkus narkoba yang di sinyalir di simpan di apartemen ini. Karima duduk santai saja karena ia fikir ia bukanlah pemakai, jadi gak mungkin lah barang itu ada di apartemennya. Tapi entah siapa yang naro tuh barang haram di bawah laci meja tempatnya bekerja. Sial, ternyata barang itu ada di sana dan karima di nyatakan sebagai tersangka penyeludupan narkoba. Ia pun di jebloskan ke dalam penjara yang pengap selama berbulan-bulan sebelum ia di nyatakan tak bersalah. Di sana ia mendapatkan siksa'an batin dan tekanan mental yang tiada henti. Walau ia di nyatakan tak bersalah tapi tetap citranya telah ternodai. Kini ia telah bebas dari penjara namun teguran dari allah belumlah selesai. Perusaha'an yang ia pimpin mengalami kebangkrutan. Para penagih hutang silih berdatangan. Satu persatu aset beralih kepemilikan, perusahan-perusahaan yang telah ia rintis semuanya hancur bangkrut. Tak ada lagi yang tersisa kecuali apartemen tempat ia tinggal.
Ia bergegas melangkah menuju apartemen untuk melepas penat. Di bukanya pintu apartemen satu-satunya harta yang tersisa. Karima terkaget bukan main, matanya terbelalak seolah tak percaya. pacarnya yang ia sayangi sedang memadu kasih bersama perempuan lain yang tak ia enali. Mereka berduapun kaget terkencing-kencing segera memakai apa saja yang bisa menutupi tubuh mereka.
" keluar " teriak karima dengan dada tersesak.
" keluar sekarang juga, anjing! bangsat! " teriak karina makin emosi.
Tapi yang di teriaki malah tersenyum sinis. Pria itu mendekati karima. Mereka saling menatap. "Plaaak" tangan karina telak menampar pria yang ada di hadapannya. Si pria mengelus-ngelus pipinya sambila tersenyum sini " keluar kau bilang hah," kata si pria dengan kalemnya. Lalu si priapun mengambil sebuah berkas. " kau lihat siapa yang punya apartemen ini hah!" Teriak si pria "heh pelacur dungu, kau fikir kau hebat hah, semua orang menyanjungmu, semua orang mengenalmu sebagai enterprener muda dan trainer yang hebat, hahahaa" kata si pria sambil tepuk tangan . " kau hanyalah pelacur murahan yang jadi mainannya lelaki ..." "plak" tamparan karima memotong kata-kata si pria. Karina langsung bergegas keluar dengan air mata yang bercucuran n.
Mata karima menatap lurus ke depan sementara hatinya sibuk menerawang ke belakang. Ia berdiri di atas jembatan penyebrangan. Di bawahnya terdapat kendaraan yang berlalu-lalang. di tengah malam di bawah berjuta rasi bintang yang terbiaskan cahayanya. Matanya di penuhi dengan linangan air mata. Terlebih lagi hatinya benar-benar sedih terhancur-hancurkan. Tak ada harapan. Oh tuhan,,, inilah caramu menyapa hambamu, bukan , bukan seperti ini cara tuhan. Tapi hambanya yang selalu bebal dan tak peduli sehingga tuhan memaksanya agar ia kembali.
Bayangkan kawan, kalau kau yang ada di sana di samping gadis cantik yang tengah sedih hatinya apakah akan kau campakkan? Atau sengaja modus memanfaatkan situasi sebagai kesempatan,?
Tidak kawan, biarkan saya melanjutkan ceritanya terlebih dahulu.
Karina yang dulu selalu tersenyum, masa depan penuh gairah, cantik dan berenergi. Kini ia terlihat lusuh, matanya sendu karna terlalu sering menangis.
Ia selalu menangis. Tapi bukan karna kekayaannya yang ludes bukan juga karna pacarnya yang bodo telah meninggalkannya. Ia selalu merenung betapa rendahnya ia. Betapa tak berharganya ia. Hmmmh.
Sudah tiga hari ia meninggalkan apatermennya. Dua malam kemaren ia menginap di hotel dan kini uangnya sudah habis. Tak mungkin harus menginap lagi di hotel. Ia mencoba menghubungi teman-temannya tapi tak ada yang menyahut. Mereka katanya tak mau di repotkan lah, Lagi metting lah, lagi di luar negri lah. Tak ada yang bisa di harapkan dari mereka.
Siang sudah hampir berakhir. Mentari sebentar lagi terbenam. Suara adzan maghrib di kumandankan dengan nada nahawand yang menyentuh. Hatinya tersayat-sayat ketika mendenngarkan suara adzan. "allah" hatinya bergumam "aku kembali".
Ia melangkahkan kakinya menyambut panggilan tuhan.
Ia melihat orang-orang membasuh mukanya lalu tangannya lalu kakinya. Oh tuhan ia tak tahu cara berbakti padamu, bahkan tak tahu cara berwudhu. Lalu karima _ dengan pakaian yang serba terbuka_ meniru apa yang di lakukan orang. Orang-orang memandangnya dengan tatapan aneh, mungkin karna pakaiannya. Tapi karima tak peduli ia ingin kembali kepada tuhannya.
Karina mengenakan mukena yang di sediakan marbot masjid. Ia shalat dengan khusunya. Lantunan ayat demi ayat yang di bacakan imam sungguh membuat hatinya luluh dan lembut. Hatinya menangis tersendu sendu. Lalu rukuk, sujud, salam. Kemudin Berdo'a dengan nada yang liri " allah, engkaulah yang maha penyayang sayangilah hambamu, allah, engkau yang maha cinta cintailah hamba dengan rahmatmu, allah, engkau yang maha penerima taubat, aku kembali padamu maka terimalah taubatku". Pintanya .
Mungkin kau tak melihatnya kawan. Tapi lihatlah ! Doanya membuat para malaikat bertasbih kepada tuhannya. Doanya menembus mengguncangkan penghuni langit.
Kawan sebenarnya saya pengen berlama-lama menceritakan tentang si gadis bernama karima ini. Tapi aku ingin menyimpannya untuk bahan novelku. Biar kalian penasaran hehe.
Tapi ketahuilah kawan-!-!
Kebahagiaan itu ada dalam hatimu. Maka gali lah hatimu dengan alquran.
Lalu apabila hatimu sudah mendapatkan ketentraman dan kesejukan. Maka pertahankanlah dengan alquran. . . So selalu istikomah bersama alquran.